Senin, 24 Juli 2017

[Review] THE DEAREST karya Tinny Najmi

Judul: The Dearest
Penulis: Tinny Najmi
Penerbit: Penerbit Pastel Books
Tebal: 342 halaman
ISBN: 978-602-61273-6-5

Rate: ☆☆☆☆

BLURB

"Bukankah kehilangan itu menyakitkan? Pantaskah kita bersedih atas kehilangan sesuatu yang bukan milik kita? Karena sejatinya diri kita pun bukan milik kita. Lantas, apa artinya memiliki?"

Alfanin merasa bimbang. Ayahnya baru saja menerima pinangan dari seorang pemuda untuk menikah dengannya-tanpa izin dan sepengetahuannya. Siapa pria itu? Alfanin sendiri pun belum mengenalnya sama sekali.

Jika di awal dia dituntut menerima pilihan yang tidak dia inginkan, sekarang dia diminta memilih pilihan yang membuatnya bingung setengah mati. Menolongnya atau tidak sama dengan menikahinya atau tidak. Sekarang semua berada di tangannya.

Hati kecilnya tersentuh untuk menolongnya, tapi haruskah dia menikah dengan pilihan ayahnya, yang ternyata bukan orang yang baik? Yang tidak mencintai dan ia cintai? Haruskah Alfanin menghapus seluruh perasaannya kepada Arham, pria yang selama ini dia sukai?

"Ini bukan masalah cinta. Tapi komitmen."

Sanggupkah Alfanin menjalani semua ini?

¤¤¤

Di awali dengan prolog yang menggambarkkan karakter keduannya. Alfi Kamali Rafanda yang tampan, mapan dan terbilang liar dan Alfanin yang berpendidikan, santun dan taat agama. Perbedaan karakter yang sangat mencolok bukan? Bagaikan langit dan bumi. Air dan minyak.

Pertemuan Alfi dan Alfanin bermula ketika tatapan keduanya bertemu di depan masjid Jami seusai pengajian, yang kala itu Alfi ikut Ilham pulang kampung untuk menjenguk ibu Ilham yang sedang sakit.

bukan? Bagai langit dan bumi.
.
Pertemuan Alfi dan Alfanin bermula ketika tatapan keduanya bertemu di depan masjid Jami seusai pengajian, yang kala itu Alfi ikut Ilham untuk menjenguk ibu Ilham yang sedaang sakit di kampung.

Di hari yang sama ayah Alfi meminang Alfanin untuk Alfi. Ketika keputusan telah ditetapkan dan tak ada kesempatan untuk mengelak. Apalagi orang yang di sukai Alfanin ingin bertekad meminangnya. Tapi sayang seribu sayang semua telah terlambat. Hari untuk bertaaruf pun datang dimana kejujuran lah yang ada di dalamnya. Alfanin menangis saat mengetahui kebiasaan Alfi yang tak bisa diterimannya sebagai perempuan. Alfanin menyalahkan ayahnya, sebelum ia tahu bahwa ayahnya di paksa dan memiliki tujuan untuk menyelamatkan seseorang.

Ketika semua terkuak mengapa ayah Alfi memilih Alfani untuk menjadi istri Alfi. Agar, Alfi berubah menjadi Alfi yang dahulu. Sebelum rasa kehilangan lah yang merubahnya seperti sekarang.
.
Pilihan apakah yang akan diambil oleh Alfanin? Melanjutkan atau berhenti?
.
Kalaupun melanjutkan, bagaimanakah rumah tangga keduannya?

¤¤¤

Membaca novel ini berasa naik rolercoster karna di novel The Dearest ini sungguh menyiksa perasaan. Seperti yang kita tau bahwa Alfi, seorang yang dikatakan tidak sempurna untuk Alfanin. Tetapi ketidaksempurnaan itulah yang membuat Alfanin mau menikah dengan Alfi. Biduk rumah tangga keduannya memang belum bisa dikatakan lancar. Tapi setelah saya baca keseluruhan cerita saya baru mengerti apa itu rasa nano-nano. Cerita yang menyuguhkan banyak rasa.

Alfi menjadi sosok yang lebih baik ketika dia selamat dari kecelakaan pesawat. Tapi bukan berarti rintangan rumah tangga mereka berhenti sampai disitu. Rintangan itu kembali datang, ketika Alfi di vonis terkena HIV. Setelah mendengar kata HIV yang akan dilakukan banyak orang adalah menghindarinya. Tetapi tidak demikian dari cerita ini, disini kita belajar saling menguatkan dan saling mensupport satu sama lain.
.
Cerita yang banyak mengandung nilai keagamaan ini sungguh menyentuh hati saya. Apalagi dengan gaya menceritakan yang ringan, sampai saya tidak sadar kalau sudah ending. Saya banyak belajar dari cerita ini, tentang kesabaran, kepatuhan, ketaatan dan tekad yang kuat ketika sesorang ingin berubah saya dapatkan disini. Saya merasa kecil jika dibandingkan dengan Alfanin. Dan yang pasti cerita ini sungguh menguras emosi dan air mata.

¤¤¤

Quotes

"I like this freedom. Yes, this is my life. I don't care what people say, even if I go to hell. This is heaven." _[hal 13]

"Sesederhana pagi mencintai embun, Mencintaimu sesederhana itu. Mengikhlaskanmu, Seperti mengikhlaskan paginya pelangi selepas gerimis. Ya, sesederhana itu." _[hal 35]

"Pertama kali melihatmu, aku tidak ingat apa-apa. Apakah langit menyengat kulitku atau betapa hangatnya mentari pagi kala itu. Karena, aku hanya melihatmu." _[hal 45]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar